Sabtu, 06 April 2013

Lingkaran



Udah 2 tahun alias 4 semester gue kuliah komunikasi, di Untirta . disatu sisi gue anggep ini sebuah hak, hak sebagai seorang anak buat menunaikan tanggung jawab masa depan kepada orang tuanya . yap. it`s  primordial dan emang pada umumnya begitu, kuliah-belajar-kerja-dapet uang-ngebahagiain mereka . tapi disisi yang lain gue melihat ternyata Tuhan masih melirik gue sebagai seorang manusia yang bergantung pada takdirNya .

gue masih diberi nikmat .

Ya, nikmat belajar. nikmat mencari ilmu . nikmat menuangkan kreasi dan banyak nikmat-nikmat yang gak bisa gue tolak biarpun gue coba buat nolak itu, anehnya penolakan-penolakan itu yg ngebuat gue selalu ngerasa bersalah,ini kontradiksi banget , gue mencoba mampu dalam ketidakmampuan gue untuk menerima nikmat yang berarti tanggung jawab buat gue..

tapi gue selalu yakin, dibalik semua ini pasti ada interelasi yang kuat antara si Maha Pemikir dan realitas diri gue. ini nyata, seperti kita mempertanyakan apa itu langit, apa itu hujan, dan semua yang bergerak sama beriringan dengan tiap mili sekon jarak waktu. yang tanpa disadari oleh indra otak kiri manusia bahwa, itulah Nikmat

semesta selalu mengajak kita untuk, menelaah lebih dalam apa arti sebuah jalan ketika kaki mencoba melangkah untuk mencapai apa yang tiap jengkal takdir inginkan.  terlihat tapi penuh misteri .
sekali lagi, manusia hanya bisa mengais pada keinginan, tapi angin yang membawanya sampai pada titik termenang didirinya.

ungkapan bahwa manusia mahluk kecil itu merupakan pesan yang sangat tersirat .
langit hanya bisa menatap tangis, bahagia, baik, buruk, para kurcaci yang menetap di kolongnya.

seperti sebuah lingkaran yang memiliki sinkronitas tinggi, sifat para kurcaci ini menyadarkan kita bahwa ternyata hukum sebab-akibat masih berlaku. karena anginpun tahu kemana seharusnya daun itu bergerak .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar