Rabu, 21 Mei 2014

Genderisasi Wanita ?

"Gender is the range of physical, biological, mental and behavioral characteristics pertaining to, and differentiating between, masculinity and femininity."
Itu yang disebut Wikipedia ketika penasaran saya mencari definisi Gender, perbedaan yang terdapat pada wanita dan pria merupakan turunan secara lahiriyah. terdapat jarak yang begitu naif antara gender satu (wanita) dengan gender yang lainnya (tentu saja pria). bagi saya (pria) wanita merupakan mahluk yang penuh misteri, perlu dipahami, perlu dimengerti bahkan beberapa orang ingin sekali menelanjanginya.

Hingga ber abad yang lalu, dari awal terbentuknya (wanita) dikisahkan bahwa hawa mampu menggoda adam itulah yang membuat wanita sangat menarik. itu yang membuat saya dapat sedikit membenarkan kata "perbedaan" antara wanita dan pria.
emosi dan logika yang membentuk perbedaan dasar antara wanita dan pria, wanita lebih cenderung didominasi oleh ideas-ideas seperti apa yang disebut Plato, dalam hal pengolahan realita. sehingga seringkali wanita lebih emosional ketimbang laki-laki ,berbeda dengan Nietzsche yang berpendapat bahwa terkadang manusia lebih memilih untuk membentuk ruang imaji ketimbang "realita seada-adanya", dia menyebut wanita memiliki kecenderungan dalam hal tersebut.

Gender merupakan cerita panjang ketika kita berbicara emansipasi yang sering di gaungkan secara seremonial pada  21 mei di Indonesia. pergulatan soal gender baik secara abstraksi maupun kehidupan sehari-hari sering di jumpai. yang menarik bagi saya (pria) adalah ketika wanita di tempatkan berada pada sistem yang bergerak berdasarkan perintah semata, tanpa adanya kesadaran. sehingga muncul sosok sosok seperti Kartini yang beranggapan perlu adanya kesadaran kaum-kaum yang rentan (wanita) yang mengalami diskriminasi hanya karena ketidak stabilan sebuah sistem (patriarkis).

Konsep penggambaran genderisasi pada sosok wanita secara epistimolog mampu mengkerdilkan sebuah gagasan-gagasan wanita yang berlangsung dari masa ke masa, sehingga memungkinkan wanita hanya menjadi komoditi yang di "mapankan" secara semu. lalu akan mengkebiri kita dalam sebuah halusinasi bahwa sosok "wanita sempurna" adalah wanita yang di konstruksi kaum penguasa yang justru mengubur gagasan kaum-kaum tertindas lainnya ?