Kamis, 11 April 2013

Tabung

Cinta

Mungkin sangat belia kalo kita ngebahas masalah cinta, bahkan anak semi remaja masa kini , yg sudah mencintai asas postmo mulai malas membahas hal-hal yang bertemakan cinta .

Bagi mereka cinta itu adalah sosok. representasi rasa , yang di cerna oleh daya tangkap visual, kemudian ditabur dengan sejumput rasa ingin tahu. penafsiran makna yang berbahaya .
membutakan . dengan imaji tinggi akan sosok tersebut. 


alam pada umumnya memberikan kita hanya satu cinta saja. namun, apa bila cinta hal yang matematis berapa angka yang pas dan berapa angka yang dianggap bablas? dan kemana manusia harus berkaca?


beberapa orang yang menganggap cinta multiple pasti akan sakit.
dan beberapa lainnya ada yang menganggap cinta dapat di bagi, tapi dalam konten kebijaksanaan
 hingga kemudian,bermuara pada debat kusir antara hukum publik dan nurani, antara hukum agama dan pengartian orang besar , antara bulat rasa cinta dan setitik nafsu. 
antara benar dan salah.


entah kenapa setelah menulis tiba-tiba saya terbayang akan tabung reaksi yang selalu terpampang di lemari kelas fisika beberapa tahun lalu. buret , labu destilasi , beaker glass dan lainya yang sudah saya lupa-lupa ingat namanya. mungkinkah cinta seperti liquid-liquid kimia yang bisa menempati segala ruang dari tabung tabung reaksi tersebut?

pemahaman kita akan cinta hanya seperti melihat selembar brosur, entah isi dari brosur itu sesuai atau tidak . yang kita tahu hanya sebuah gambar tanpa celah yang memiliki tingkat penafsiran berganda.

bahkan seorang pembunuhpun akan tetap mendapat belaian kasih dari orangtuanya.
bukan rasio, tingkat kolektifitas, dan nafsu belaka . bukan juga tuntutan, keterpaksaan, dorongan sistem, dan kompleksitas konsepsi ketuhanan.

yang pasti cinta,  akan bermuara pada tingkat penerimaan seseorang terhadap rasa abstrak, yang sanggup meruntuhkan tembok ego .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar