Senin, 06 Januari 2014

"Bahasa"

"Mulutmu adalah harimaumu"

kata-kata wisdom word yang mengingatkan dan kadang terucap tanpa sadar ketika seseorang melakukan kesalahan dalam berbicara. Dalam bahasa yang terlontar tersebut merupakan tanggung jawab individu yang mengeluarkannya. 

Betapa banyak ungkapan klise yang sering kali kita dengar dan pakai setiap hari. betapa tidak, bahkan kadang sulit untuk mengungkapkan perasaan terdalam dengan cara yang ekspresif serta komunikatif hingga sampai pada orang lain.

Manusia terkadang lupa akan pentingnya bahasa. karena dari semua perselisihan, perbedaan pendapat, hingga rasa benci diawali dengan bahasa. ya, bahasa yang dibangun dengan jutaan statement yang terkadang gagah, menghardik dalam pidato, slogan-slogan, poster, indoktrinasi, ganyang!, hajarrrr! dan lainnya.

Kini, bahasa yang menentukan siapa kawan, siapa lawan. yang memberikan makna yang membatu bahkan hakiki.
Bahasa yang mengkotak-kotakkan masyarakat, sehingga timbul intrik serta egosentrisme suku bangsa yang majemuk.
Bahasa yang melupakan, harga bahan pokok yang kian mencekik serta pendidikan yang kian "mahal" untuk didapat.
Bahasa yang mempertontonkan dialektika yang tidak terkonstruksi dengan konsep matang, hingga debat kusir para elit politis dalam mengamankan diri,kelompok, dan masa depan keluarganya.

Untuk itu, bahasa tak berdiri sendiri . ia bagian dari kehidupan yang dibangun para penguasa, otoritas,monopolitis, serta manusia-manusia praktis tanpa wajah tanpa nama.

Mungkin motif-motif penyampaian bahasa yang makin tersamarkan oleh kepentingan dan ketidak jujuran. hingga kita lupa seharusnya "itu bicara" bukan "aku bicara" karena aku merupakan subjek yang terkadang terbata-bata dan tidak selamanya berhasil sepenuhnya.

yaah... 
tak heran bila dunia ini timbul perang, musuh hingga konspirasi

Sampai pada akhirnya bahasa lugu kaum proletar, serta gerutu kecil penikmat warung kopi pinggir jalan, hanya menjadi bahasa kecil, bahasa tak terucap, tak terdengar. Yang mengakomodir ego bangsa yang merindukan kesejahteraan dan ingin mencicip manisnya gula demokrasi dan kebebasan berekspresi.

"harimaumu ada didalam niat bukan pada mulutmu lagi"