Sabtu, 31 Agustus 2013

Rectoverso : Penetrasi Rasa dalam Realita dan Asa


Apa yang akan kita rasakan ketika cinta kita terbentur realita dan sekat-sekat yang terkadang tidak kita inginkan? mungkin sebagian besar dari kita akan timbul rasa kemarahan serta kekecewaan dan dari akumulasi rasa marah, kecewa itulah akan menghasilkan implikasi dendam dan rasa sakit hati yang mendalam. barangkali sebagian dari kita akan meng amini paham "cinta ditolak, dukun bertindak" untuk sekedar mengembalikan rasa sakit dan penyembuhan asa yang malang.
Namun, sebagian lagi hanya bisa berpasrah, bersedih dan mencoba belajar dari rasa sakit itu.


Keadaan seperti inilah yang coba diangkat oleh Dewi "Dee" Lestari dari buku yang berjudul Rectoverso.
Marcella Zalianty (Produser & Sutradara) dan 4 srikandi dunia perfilman lain (Rachel Maryam, Cathy Sharon,Olga Lydia,Happy Salma) mencoba mem visualisasikan dengan potongan omnibus 5 dari 11 cerita dalam buku "Dee" dengan judul yang sama. "Rectoverso"

 
doc.rectoverso


Malaikat Juga Tahu menceritakan tentang Abang (Lukman Sardi), pengidap autisme yang mahir menggesekkan biolanya, putera dari ibu pemilik sebuah kos (Dewi Irawan). Setiap pagi Abang dengan rutin mengetuk pintu kamar para penghuninya untuk menagih cucian yang akan di laundry, termasuk pintu kamar Leia (Prisia Nasution), perempuan yang ia cintai dengan tulus dan penuh kejujuran. Namun, dengan keterbatasan yang di miliki Abang itu hanya akan menjadi ironi.

 

doc.rectoverso


Firasat mengisahkan Senja (Asmirandah), pada klub bernama Firasat. Sebuah klub yang berisi orang-orang yang mempercayai firasat sebagai satu isyarat alam bagi sebuah peristiwa hidup. Walau sudah hampir satu tahun ia bergabung dengan klub firasat ia hanya mendengarkan kawan-kawannya bercerita tanpa pernah ikut mencurahkan apa yang dirasakannya. Bersanding dengan Senja, Panca (Dwi Sasono) sebagai ketua klub yang tenang dan berkharisma tak pernah protes. Seolah tatapan mata Panca kontras dengan apa yang dirasakan oleh Senja. dari firasat demi firasat yang mereka alami justru semakin mendekatkan mereka.

 

doc.rectoverso

Hanya Isyarat mengangkat kisah persahabatan lima anak muda backpackers yang direkatkan dari sebuah milis dunia maya. Mereka adalah Tano, Dali, Bayu, Raga dan Al. Al (Amanda Soekasih) begitu pendiam, penuh lamunan, dan bersikap menjaga jarak. Diam-diam ternyata Al jatuh cinta pada Raga (Hamish Daud). Satu malam, mereka mengadakan lomba bercerita kisah paling sedih yang mereka punya. Disanalah Al semakin mengenal sedikitnya siapa Raga, dan membuat Al semakin berpikir bahwa ia tak mungkin memiliki Raga karena rahasia yang tersimpan dalam diri Raga. Namun Al tetap nyaman dengan berjaga jarak dan hanya melihat punggung serta mata Raga saja.

 

doc.rectoverso

Cicak di Dinding menceritakan kisah Taja (Yama Carlos) seorang pelukis lugu yang mampu menggambar sketsa apapun dalam suasana hati apapun, dengan Saras (Sophia Latjuba), seorang perempuan sosialita cantik yang menganut prinsip kebebasan. Harus ada salah satu dari mereka yang menjauh. Beberapa tahun kemudian mereka bertemu kembali dengan garis nasib masing-masing.

 

doc.rectoverso

Curhat Buat Sahabat menggambarkan dua sahabat, Amanda (Acha Septriasa) dan Reggie (Indra Birowo). Perempuan yang supel dan ceria dengan pacar yang sering mengecewakannya itu sering curhat dan seperti biasa Reggie selalu mendengarkannya dengan khidmat tanpa mengeluh sedikitpun. Bahkan ketika Amanda sakit, Reggie tak absen menemaninya. 




Penetrasi Rasa
 
Harus di akui dalam film ini banyak mengangkat aspek humaniora yang coba ditelaah adalah cara manusia merefleksikan rasa cinta yang jujur seperti dalam Curhat Buat Sahabat yang menggambarkan hubungan seorang sahabat. Apa yang dilakukan Reggie dalam memberikan pelayanan terbaik kepada sahabatnya sangat kontradiksi dengan apa yang digambarkan hati kecilnya, berbanding lurus dengan teori sosial Dramaturgi yang dicetuskan Erving Goffman yakni  Front Stage dan Back Stage Dalam teori ini menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri.
Identitas Reggie yang hanya seorang penjaga toko ATK dengan Amanda yang merupakan seorang mahasiswa merupakan gambaran bahwa kenyamanan terjadi apabila ada interaksi nilai praksis (Front Stage) yang dilakukan seseorang, baik memiliki tujuan ataupun tidak (Back Stage) dan mampu dirasakan oleh orang lain entah perbandingan kasta sosial maupun jenjang pendidikan, yang dalam film ini dibungkus rapi dalam tudung persahabatan.

Lain halnya dengan Malaikat Juga Tahu seorang Abang yang di gambarkan memiliki penyakit autisme mengakomodir ranah transendental, tak ada yang mau terlahir seperti itu, tak ada perulangan abadi yang menggesek konsepsi takdir personal. Terlepas dari itu, penggambaran cinta yang dirasakan Abang --entah dia sendiri mengerti atau tidak-- kepada seorang Leila adalah pemberian yang sangat apik,lugu nan jujur walau terbentur dengan asas rasionalitas yang membuat seorang Abangpun merasakan rasa sakit. Penggambaran tersebut juga terlihat dalam Hanya Isyarat akan tetapi Al merupakan perwujudan yang normal dengan tingkat penerimaan tinggi, penerimaan ini digambarkan oleh Al yang hanya mampu melihat Raga --sosok yang didambakan-- dalam zona nyaman dan asanya saja.

 
rectoverso : malaikat juga tahu

Menarik, dalam penggambaran Saras di Cicak di Dinding. Cathy Sharon (sutradara) dan Ve handojo (penulis skenario)  mencoba mem visualisasikan fenomena sosial masyarakat perkotaan yang merupakan cerminan individu perkotaan yang memiliki free spirited sosialita khususnya di kota metropolitan.

Menilik aspek sejarah, fenomena sosialita berasal dari budaya borjuis prancis yang udah ada sejak zaman Raja Perancis XIV. Di zaman itu golongan ini emang udah terkenal dengan lifestyle yang glamour dan highclass. Dalam film ini kehidupan sosialita memberikan gambaran berupa sosok individu dalam penggambaran semu dan tuntutan. Saras menjadi cerminan yang menuntut pembebasan citra para kaum social climber dalam pengekangan nilai-nilai materialisme-modern.

Terlepas dari beberapa segmen di film yang agak rancu.
Pada titik ini kita bisa mengapresiasi bahwa Penetrasi rasa yang ada dalam visual Rectoverso merupakan cara yang paling baik sebagai proses penggambaran Realitas Cinta.