Berbeda
dengan aristoteles, pakar komunikasi modern menyebut ethos adalah kredibilitas.
Tidak perlu mendaftar definisi untuk memahami kredibilitas. Pernahkan Anda
menyampaikan lelucon yang Anda persiapkan dengan serius? Anda tertawa sendiri. Beberapa
diantara hadirin ikut tertawa dengan malas (mungkin karena factor menghargai
semata). Sekali waktu, dalam Laporan Pembangunan ditelevisi , Anda mendengar
seorang pejabat membuat lelucon. Tidak lucu, tetapi Anda mendengar gemuruh
tertawa dari orang-orang disekitarnya. Bisa jadi lelucon itu betul-betul tidak
lucu, tetapi orang itu tidak tertawa juga. Mengapa ? karena pejabat itu
memiliki kredibilitas, sedangkan Anda tidak.
Hal
tersebut sangat dipengaruhi Otoritas, Otoritas merupakan komponen penting dalam
membangun kredibilitas, W.S Rendra tentu memiliki otoritas dalam bidang seni
dan budaya. Begitu pula Kristianto Wibisono dalam bidang bisnis dan ekonomi.
Otoritas dibentuk karena orang melihat latar belakang pendidikan dan
pengalaman. Ahli agama islam yang belajar di Amerika dianggap tidak memiliki
otoritas untuk memberikan ceramah keislaman, dibanding Ahli agama yang
berpendidikan di mesir.
Pendefinisian
seseorang menilik konsep dasar yang coba ditelisik oleh Herbert Mead, bahwa
individu memiliki identitas hingga kita cenderung menilai kepribadian secara
menyeluruh bukan pada prilakunya satu persatu yang disebut labeling.
Kecenderungan sosial dalam menilai individu menstimulus individu tersebut
bergerak menuju apa yang sosial katakan, hal tersebut juga berkenaan dengan
passion, dan latar belakang keilmuan inidividu tersebut.
Di
era demokrasi dan keterbukaan informasi, individu yang bertahan dalam kompetisi
keilmuan menganggap bahwa kredibilitas yang dibangun bukan sekedar pemaknaan
yang diterima oleh sosial hingga terbentuk tuntutan tuntutan yang sangat
mempengaruhi individu, Tidak seekstrim Pavlov dalam teori behaviorisme
repetisinya, tuntutan disini juga sangat dipengaruhi oleh pola pikir individu
yang mampu menyaring apa yang tidak dan yang harus ia lakukan. Dalam hal ini
terdapat pilihan yang sangat senjang antara diri, pemikiran dan lingkungan
sosial seperti apa yang diungkap Herbert Mead dalam mind, self society.
Individu
di abad 21 memiliki pola prilaku yang mendekati konstruksi sosial, bukan “isi”
tapi seperti apa “panggung” yang seharusnya dibentuk, nilai tersebut
dipengaruhi oleh media apa yang membentuk pribadi tersebut menjadi seperti itu,
kredibilitas yang diharapkan sangat jauh dengan realitas masyarakat modern
sekarang. Tapi individu berkembang bukan sebuah titik harapan khususnya di
Indonesia dan negara berkembang lainnya. Tapi lubang cahaya harapan besar yang
siap untuk diraih. Entah kapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar